Mereka adalah POLISI. Kisah 12 Polisi Teladan dan Kebanggaan Masyarakat | Polres Pacitan

Mereka adalah POLISI. Kisah 12 Polisi Teladan dan Kebanggaan Masyarakat

BIOGRAFI-Jika ingat polisi tentunya senantiasa identik dengan hal-hal negatif. Pungutan liar, razia bodong, dan uang damai alias 86 saat tilang selalu dikaitkan dengan para penegak hukum ini.

Tidak semua berlaku demikian,hanya oknum polisi nakal yang melakukannya. Namun ada cara tersendiri kebaikan menyembul di antara keburukan. Presiden RI ke-4 , Abdurrahman Wahid atau yang akrab di sapa Gus Dur mengungkapkan hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia.

Ketiganya yakni Patung polisi, Polisi tidur, dan Mantan Kapolri Hoegeng Iman Santosa. Ini semacam sindiran bahwa sulit mencari polisi jujur di negeri ini. Namun seiring dengan perkembangan waktu, Indonesia kini memiliki polisi-polisi yang dianggap punya pengabdian tinggi terhadap masyarakat.
Selain tulus melayani serta mengabdi kepada negara, mereka juga memiliki sikap terpuji yang banyak membuat orang terenyuh, siapa sajakah mereka?
Berikut beberapa polisi hebat yang layak jadi contoh teladan dan panutan. Ini membuktikan jika masih ada polisi baik dan jujur di negara Republik Indonesia ini. Berikut para polisi yang sempat menjadi viral serta mencuri perhatian publik atas sifat,perilaku dan profesinya yang mengundang masyarakat memberi cap jempol kepada mereka.

1. Kapolres Cianjur AKBP Asep Guntur Rahayu, Polisi Berhati Malaikat,Selamatkan Warga Kelaparan

Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Cianjur, Asep Guntur Rahayu, menjadi buah bibir se-Indonesia sebab hatinya bak malaikat. Dia menyelamatkan satu keluarga di wilayahnya yang terancam mati kelaparan.

Ceritanya Pak Asep mendengar ada satu keluarga yang kelaparan. Saking miskinnya suami-istri dengan 7 anak yang tinggal di Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, sampai merebus batu agar mendiamkan tangisan kelaparan anak-anaknya. Mereka tinggal di sebuah gubuk reyot yang tanahnya numpang milik orang lain. Asep menilik sendiri lokasi rumah keluarga tersebut dan mendapati memang mereka amat miskin. Pak Asep terenyuh dan akhirnya membantu mereka.

Bersama dengan beberapa donatur Pak Asep merombak tempat tinggal keluarga miskin itu. Asep juga meminta warga yang lahannya ditumpangi memberikan secara cuma-cuma. Sebagai gantinya Pak Asep membuat sertifikasi hak milik untuk tanah tersebut.

Namun kebaikan Pak Asep masih ada juga yang mencela. Dibilang cari muka atau meminta empati masyarakat karena banyak oknum polisi yang ngeselin. Tapi Pak Asep ini berniat tulus ikhlas.

Buktinya kabar ini baru tercium media beberapa hari setelah rumah bagi keluarga miskin itu jadi. Luar biasa, ya Pak Asep. Semoga selalu menjadi polisi berhati mulia dan baik seperti malaikat. We love you Pak Asep!

2. Kombes Pol T. Saladin,Sang Kapolresta yang Ringan Tangan dan Suka Menolong


Luar biasa dan patut di acung jempol sikap dan perilaku perwira polisi ini walau memiliki anggota yang banyak serta telah menjadi seorang Kapolresta namun baginya tiada kata untuk berhenti membantu serta menolong sesama.

Kesederhanaan dengan latarbelakang kehidupan yang getir membuat Kombes Pol T. Saladin selalu mengulurkan tangannya untuk membantu siapa saja yang membutuhkan.

Tak peduli hujan,basah pakaian dinasnya ataupun harus mengeluarkan uang pribadinya untuk membantu,ini terlihat saat baru beberapa pekan T. Saladin menjabat Kapolresta Banda Aceh,Rumah singgah anak-anak penderita kanker dikunjungi oleh T. Saladin. Setelah lelah menggendong dan bermain-main dengan anak penderita kanker, saladin mengeluarkan sejumlah uang pribadinya untuk membantu pengobatan mereka yang berada dirumah singgah.

Perwira polisi ini suatu ketika saat perjalanan dinas tiba-tiba saladin memerintahkan supirnya untuk menghentikan laju kenderaan,tanpa dikomado sang kapolresta berpakaian dinas lansung menyebur ke sungai membantu seorang kakek tua yang tercebur ke sungai yang kemudian dibantu oleh warga.

Sifat ringan tangannya tanpa memperdulikan status serta jabatannya juga terlihat kala melakukan evakuasi seorang pria kurang waras dari atap rumah warga.

Orang nomor satu di Polresta Banda Aceh ini tidak peduli apa kata pimpinannya ataupun warga baginya pangkat dan jabatan adalah titipan Allah SWT.

Sempat suatu ketika dalam perjalanan pulang menuju kediamannya, disebabkan adanya pohon yang tumbang pasca hujan dan angin membuat kemacetan,tanpa peduli hujan sang kapolresta bersama warga memindahkan batang pohon yang jatuh ke badan jalan.

“ Pangkat dan Jabatan yangbsaya milikimsaat ini adalah titipan Allah SWT,Jika ada kemauan dan niat ,tiada seorang pun yang dapat menghalangi kita untuk saling membantu sesama “,ungkap Saladin putra asli kota Bireun.

3. Aiptu Eko Cahyono Polisi Lalu Lintas Berhati Malaikat di Parepare


Pada Idul Fitri kemarin, ada cerita seorang polisi lalu lintas dari Polisi Resor (Polres) Parepare, Sulawesi Selatan, diserbu warga yang mau bersalaman dengannya. Setelah salah Ied, masyarakat yang beribadah di Lapangan Andi Makkasau berebutan hendak mendekat dengan seorang polisi yang terkenal baik hati. Siapa dia dan apa yang dia kerjakan sehingga warga sangat mencintainya?

Namanya Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Eko Cahyono. Dia tergabung sebagai anggota satuan lalu lintas Polres Parepare.
Orangnya rendah hati, rajin ibadah, dan terpenting gak suka main tilang pengendara, apalagi nyari-nyari kesalahan pengendara. Dia melihat dulu seberapa berat pelanggaran pengendara motor. Kalau hanya kelupaan membawa surat kelengkapan, Aiptu Eko hanya menasihatinya.

Aiptu Eko sendiri tak menyangka begitu banyak warga yang berebut ingin bersalaman dengannya. Bahkan ada yang sampai menangis meminta maaf lantaran pernah berbuat hal kurang baik pada Aiptu Eko.

Bagi Aiptu Eko sendiri, rasa empati warga ini bukti jika polisi memang sahabat masyarakat. Wah, seluruh daerah di Indonesia butuh banget polisi kayak Aiptu Eko ini, ya. Semoga muncul Aiptu-aiptu Eko lainnya di semua provinsi, amin.

4. Aiptu Ruslan, Habis Dinas, Polisi Jujur Ini Lanjut Kerja Jadi Sol Sepatu

Peristiwa ini terjadi di Kepolisian Sektor Kabupaten Pidie, Wilayah Koordinasi Provinsi Aceh. Kepala Unit Bimbingan Masyarakat Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Ruslan lah orang yang jadi sorotan dan buah bibir.

Potretnya tengah bertugas di Polsek Pidie sekaligus sedang menjahit sandal dan sepatu yang robek di pasar tradisional setempat langsung bikin netizen geger, “Mencari rezeki itu yang penting halal,” ungkap aiptu ruslan.

Aiptu Ruslan yakin rejeki yang dicari dari jalan halal akan lebih berkah bagi keluarganya. Ayah dari lima anak ini sudah menekuni kedua profesi tadi sejak 1978. Luar biasa banget, ya guys. Terima kasih Aiptu Polisi Ruslan, sudah menginspirasi kami semua.

5. Brigadir Guritno Bidjuni yang merangkap Jadi Guru


Brigadir Guritno Bidjuni, anggota Polsek Bone Polres Bone Bolango ini dengan tulus dan ikhlas, turut membantu mencerdaskan anak bangsa. Dia rela menjadi guru sukarela di SDN 6 kecamatan Bone, kabupaten Bone Bolango.
Kurangnya guru di SDN 6 Bone itu membuat Brigadir Guritno merasa terpanggil untuk ikut mengajar menjadi guru sukarela.
Ia mengaku dalam aktivitasnya menjadi guru sukarela tidak mengganggu pekerjaannya sebagai abdi negara. Ini malah menjadi motivasi untuk memajukan dunia pendidikan. Brigadir Guritno juga mengajar ngaji anak-anak di rumahnya yang sederhana.
6. Bripka Seladi Memulung Ketimbang Terima Sogokan
 


Kisah anggota kepolisian yang bertugas di Polres Malang Kota, Bripka Seladi, banyak membuat masyarakat terenyuh.
justify;”>

Sehari-harinya usai berdinas di kepolisian, bapak 3 anak ini rela melakoni pekerjaan sampingan yang dianggap rendahan masyarakat, menjadi pemungut sampah alias pemulung.
Dari pekerjaan sambilan tersebut, Seladi mendapat penghasilan tambahan Rp. 25 ribu rupiah hingga Rp. 50 ribu rupiah perharinya.

Meski dianggap ikhlas, Seladi mengaku ikhlas dan bangga dengan penghasilan tambahan seadanya tersebut, daripada harus menerima suap.

 
7. Bripka Junaidin Membangun Pesantren dari Gajinya
 
 
Ditengah kesibukan Bripka Junaidin bertugas sebagai aparat negara, Junaidin menyisipkan waktunya untuk mengajar hafalan Al-Qur’an dipesantren Al Fatur Alim milik sendiri yang terletak di dusun So Nggela Kelurahan Jati Wangi.
Pensantren Al Fatur Alim milik Junaidin ini dibangun sejak tahun 2009 dengan jerih payah dan biaya dari kantong pribadi, dengan menyisihkan gaji yang diperoleh tiap bulanya.

Pensantren Al Fatur Alim. Pada proses pembangunannya, Junaidin tidak menggunakan jasa tukang, semua dilakukanya sendiri dengan dibantu oleh warga sekitar. Bahkan mengangkut bahan baku seperti pasir, batu dan seluruh bangunan dilakukan sendiri.

 
8. Brigadir Piether Paembonan Menyekolahkan Ratusan Anak



Kehadiran seorang polisi anggota Polres Mamuju, Polda Sulawesi Selatan, Brigadir Piether Paembonan justru dinanti-nanti oleh anak-anak di sekolah.
Bagi mereka, Brigadir Piether merupakan sosok panutan, guru, teman, polisi, dan orangtua.
Di tengah kesibukannya berdinas di Polres Mamuju, Brigadir Piether juga masih menyempatkan waktu menjadi pengajar lepas di beberapa sekolah di Mamuju.
Ia pun terlibat langsung menyelamatkan nasib anak-anak putus sekolah. Hingga akhirnya usahannya tidak sia-sia, sebanyak 178 anak-anak putus sekolah, bisa kembali mengenyam bangku pendidikan.

9. Kompol Mustaqim, Sekolah Gratis Untuk Anak-anak di Banyuwangi


 
Yang terbaru datang dari sekolah Al-Huda di Dusun Kedunen, Desa Bomo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur.
Sekolah ini tak pernah memungut uang pendidikan sekolah bagi siswa-siswinya yang belajar di sana. Yayasan Pendidikan Al-Huda itu milik Kompol Mustaqim, seorang perwira menengah di Polres Banyuwangi.
Kompol Mustaqim mendapatkan amanah dari orangtuanya untuk meneruskan lembaga pendidikan yang didirikan pada tahun 1954 itu.
Hingga saat ini, sekolah setingkat SMA di wilayah Desa Bomo itu sudah memiliki murid sejumlah 221 siswa.
Untuk menggaji guru MI, MA, plus pengajar TPQ maupun muazin Masjid Al-Huda, per bulan Kompol Mustaqim harus mengucurkan dana kurang-lebih Rp 7,5 juta.
Dan Subhanallah, Allah terus muncukupi Kompol Mustaqim dengan berbagai cara, salah satunya adalah hasil bumi miliknya yang selalu memuaskan.

10. Aiptu Mustamin,Polisi Berprofesi Tukang Tambal Ban 20 Tahun

Selain berprofesi sebagai anggota Polsekta Ujungpandang, Ajun Inspektur Satu (Aiptu) Mustamin juga mempunyai kerja sampingan menjadi tukang tambal ban di belakang gedung Pengadilan Negeri Makassar.

Aiptu Mustamin menggeluti pekerjaan tambahannya sebagai tukang tambal ban sekitar 20 tahun. Dia pun tidak merasa malu menggeluti pekerjaan tambahannya ini karena hobi dengan pekerjaan menambal ban.

“Saya jadi polisi tahun 1979 dan mulai buka usaha tambal ban tahun 1991. Awalnya dulu saya tambal ban di Jalan Alimalaka, tapi kena penggusuran. Jadi saya pindah di belakang Pengadilan Jalan Ammanagappa tahun 2012. Saya suka kerja-kerja tambal ban,” kata ayah empat anak ini.

Pekerjaan tambahannya sebagai tukang tambal tidak mengganggu tugas Mustamin sebagai polisi yang bertugas di bagian Kesamaptaan Polsekta Ujungpandang. Jika bertugas sebagai polisi, Mustamin meminta seorang tukang becak yang kerap mangkal di belakang gedung Pengadilan Negeri Makassar untuk menjalankan usaha tambal bannya.

“Kalau lepas tugas jaga, ya saya jadi tukang tambal ban. Tapi kalau pas tugas jaga, ada tukang becak yang gantikan. Apalagi ada janji sama anak perempuanku yang buka warung kecil di depan usaha tambal ban yang bantu awasi. Sisa satu tahun lagi, saya pensiun dari polisi,” tuturnya.


11. Polwan Bripda Eka Juli,Polwan Si Tukang Tambal Ban Ingin Naikkan Haji Orang Tua


Eka Yuli Andini,polwan berpangkat bripda yang menjadi tukang tambal ban ternyata sempat dilarang saat akan mendaftar polisi. Adalah sang ibu yang terang-terangan tak membolehkannya menjadi aparat penegak hukum.

Sang ibu, Darwanti (40), mengaku tak mengizinkan anaknya menjadi polisi karena tak punya biaya. Sebab, keluarga Eka bukanlah dari kalangan ekonomi berada,Rabu (25/2/2015).
Saat itu, Eka terus saja meyakinkan sang ibu. Dirinya menyebut, bahwa pendaftaran polisi tak berbayar.

Gadis lulusan SMK Negeri 2 Salatiga jurusan Teknik Komputer dan Jaringan ini, dengan mulus lolos tanpa uang sogokan menempuh pendidikan kepolisian Pusdik Binmas, Banyu Biru, Ambarawa, Jawa Tengah.

Selain itu, selama menempuh masa pendidikan sebagai Sekolah Calon Bintara (Secaba), berhasil mengukir prestasi rangking tujuh dari 7.000 peserta lainnya saat pendidikan kepolisian se-Indonesia.

Meski, sudah dua bulan menjadi polwan, Bripda Eka, panggilan sehari-harinya tidak pernah lupa disela-sela kesibukannya sebagai abdi negara tetap membantu profesi ayahnya sebagai buruh tukang tambal ban di Jalan Veteran, Pasar Sapi RT 2 RW 6, Kota Salatiga, Jawa Tengah dan bengkel.

Di rumah kontrakan sekaligus bengkel yang hanya berukuran 6 X 6 meter ini Bripda Eka jika lepas piket di Mapolresta Salatiga, Bripda Eka membantu kesibukan orang tuanya melayani langganan tambal ban ayahnya.

Kesibukannya ini dilakukannya sejak duduk di bangku sekolah mulai SMP hingga SMK.”Nanti mulai sedikit demi sedikit membantu perekonomian keluarga. Mungkin membangun rumah, karena yang sekarang ditempati adalah kontrakan. Kalau cita-citanya sih menghajikan ayah dan ibu,” akunya.

12. Bripka Muryono, Anggota Satlantas Polres Tegal yang Jadi Tukang Servis Untuk Bayar Kontrakan, Rawat Istri yang Stroke, Putri yang Depresi dan Cucu

Brigadir Kepala Muryono. Anggota Satuan Lalulintas Kepolisian Resor Tegal, Jawa Tengah ini sudah berusia 57 tahun.

Beratnya cobaan hidup tidak membuat Bripka Muryono tergiur untuk melakukan pungli. Sebagai anggota Satlantas Polres Tegal, Muryono justru memperlihatkan kejujuran dalam hidupnya.
Separuh hidupnya, telah diabdikan untuk Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kini, Bripka Muryono hidup dengan sangat sederhana. Dia tinggal di rumah kontrakan di Jalan Aiptu KS Tubun, Slawi, Tegal,Istrinya, Sulistyowati (55) menderita stroke. Seorang diri, Bripka Muryono mengurusnya, setiap hari.

Cucunya, masih sekolah di SD. Juga harus diurus oleh Bripka Muryono karena putrinya, ibu dari sang cucu, tak bisa merawat anaknya. Sang ibu mengalami depresi.

Sejak 2013 istrinya mengalami sakit stroke. Bripka Muryono tidak pernah mengeluh dan tetap menyayangi istri, putri dan cucunya dengan sepenuh hati. Muryono membuka bengkel servis peralatan elektronik di depan rumahnya. Keahliannya dalam menyervis peralatan elektronik itu ia dapatkan secara otodidak.

Sepulang bekerja, Muryono juga menyempatkan diri pergi ke sawah untuk bercocok tanam. Hasilnya dari berladang ia tabung untuk keperluan keluarga dan sekolah cucunya. Kegigihan Bripka Muryono dalam bekerja sebagai polisi dan menjalani kehidupannya sehari-hari, menginspirasi Polres Tegal untuk membangun Perumahan Bhayangkara Residence.

Bripka Muryono, merupakan salah satu anggota polisi yang mendapatkan jatah unit di Perumahan Bhayangkara Residence Tegal. Bahkan Bupati Tegal pun turut membantu membayarkan uang muka untuk pembelian rumah bagi Muryono.(Dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *