Memahami sejarah Polisi Wanita di Indonesia | Polres Pacitan

Memahami sejarah Polisi Wanita di Indonesia

1-logi-PolwanPACITAN. polrespacitan.id. Polisi Wanita (Polwan) di Indonesia di tahun 2016 telah berusia 68 tahun. Polwan lahir pada 1 September 1948, di kota Bukit Tinggi Sumatera Barat. Polwan, dapat didefinisikan sebagai  satuan Polisi khusus yang berjenis kelamin wanita.

Dimasa penjajahan Belanda, bila ada kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak atau wanita, para pejabat kepolisian seringkali meminta bantuan kepada istri-istrinya untuk melakukan pemeriksaan dan penggeledahan.

Setelah Indonesia merdeka, Organisasi Wanita dan Wanita Islam mengajukan permohonan kepada Pemerintah dan Jawatan Kepolisian Negara untuk mengikut sertakan wanita dalam pendidikan kepolisian guna menangani masalah kejahatan yang melibatkan anak-anak dan wanita. Alasannya kurang pantas seorang laki-laki memeriksa atau menggeledah tersangka wanita yang bukan muhrimnya, dan dikhawatirkan adanya perlakuan kurang terhormat terhadap tersangka wanita selama dalam tahanan.

Disisi lain, sebelum Agresi II Jawatan Kepolisian Negara yang berkedudukan di Yogyakarta memang telah berniat untuk mengadakan Pendidikan Polisi wanita. Namun situasi Politik yang tidak memungkinkan sehingga rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan.

d463a74f-978d-42d7-bf1b-299fcfc13610 (FILEminimizer)Hingga pada 1 September 1948 Jawatan kepolisian Negara untuk Sumatera yang berkedudukan di Bukit Tinggi membuka kesempatan bagi wanita mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di Sekolah Polisi Negara (SPN) di Bukit Tingi yang diikuti oleh 6 orang dan selanjutnya dikenal dengan sebutan Perintis Polisi Wanita Indonesia. Adapun nama-namanya adalah sebagai berikut :

  1. Nelly Pauna Situmorang
  2. Mariana Saanin Mufti
  3. Djasmaniar Husein
  4. Rosmalina Pramono
  5. Dahniar Sukoco
  6. Rosnalia Taher

Ke enam gadis remaja tersebut secara resmi tanggal 1 September 1948 mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukit Tinggi, sejak itu dinyatakan lahirlah Polisi Wanita (Polwan). Ke enam Polwan angkatan pertama tersebut juga tercatat sebagai wanita ABRI pertama di tanah air, yang kini kesemuanya sudah pensiun dengan rata-rata berpangkat Kolonel Polisi.

Namun pendidikan mereka sempat terputus karena agresi Belanda dan para Polisi wanita tersebut ikut bergerilya ke pedalaman. Bulan Januari 1950 dengan adanya instruksi dari Kepala Cabang Jawatan Kepolisian Negara untuk Sumatera, para Polisi Wanita itu berkumpul kembali di Bukittingi untuk melanjutkan pendidikan hingga dilantik pada tahun 1951.

Bhayangkari sebagai anggota aktif Kongres wanita Indonesia, dalam Kongres II Kowani di Palembang pada bulan Maret 1955, memperjuangkan usulan tetang pendidikan polisi wanita dan bentuk peradilan anak-anak, yang kemudian di setujui oleh Kowani dan diajukan kepada pemerintah sebagai usul dari semua organisasi wanita yang bergabung dalam Kowani.c6511445-5331-4eaf-b7a5-2b56c4dfdb2d (FILEminimizer)

Sebagai tindak lanjut dari hasil Kongres III tersebut, tahun 1957 Kepala Kepolisian Negara mengirim 3 Bhayangkari yaitu Ny Soejono, Ny Waluyo Sugondo, Ny Haryaso ke Amerika Serikat. Selama tiga bulan, mereka mempelajari Pola pendidikan dan pembinaan Polisi wanita di negara tersebut.

Lalu pada bulan Juni 1957 Kowani membentuk panitia yang bertugas memperjuangkan dibukanya kembali Pendidikan Polisi wanita. Akhirnya pada bulan maret 1968 Bhayangkari mendampingi delegasi Kowani yang dipimpin oleh ketuanya ibu Maria Ulfa Santoso, menghadap Kepala Kepolisian Negara dan membicarakan Pendidikan Polisi wanita tersebut, dan pada prinsipnya Kepala Kepolisian Negara setuju dan pendidikan Polisi Wanita akan dibuka meliputi pendidikan dari pangkat rendah sampai atas.

Diawal pembentukanya pada tahun 1948 dalam susunan organisasi Polri memang belum terlihat pembinaan Polwan secara khusus, meskipun pimpinan Polri pada masa itu sangat memperhatikan kepentingan Polwan, Baru pada tahun 1964 Polwan berada di bawah Kepala Urusan Kepolisisan Wanita di Mabes Polri. Kemudian pada tahun 1967 berubah menjadi Pusat Polisi Wanita.

Pada tahun 1977 Pusat Polisi wanita di lebur menjadi Biro Polisi Wanita yang berada di bawah Paban V/Khusus Pers Polri. Namun dengan adanya reorganisasi Polri pada tahun 1984 Biro Polwan di tiadakan. Kini, untuk wadah pembinaan Polwan berada di bagian Polisi wanita yang bernaung dibawah Direktur Personil Polri dan Biropers untuk tingkat daerah.

Sejarah Baru Polwan

Sejarah baru Polwan sebenarnya dimulai saat Jendral Anton Soedjarwo menjabat sebagai Kapolri dan Kapolda Jawa Timur dijabat oleh Mayjen Soedarmadji. Kedua pejabat Polri itu mengambil langkah berani dengan menempatkan beberapa orang Polwan Pilihan untuk menempati jabatan strategis, sejak saat itu Polwan bukan hanya di percaya sebagai pemegang bidang tugas pembinaan tetapi juga memegang komando bidang operasional di lapangan. Bersamaan dengan itu sejumlah Polwan berpangkat Perwira menengah dipercaya mengemban tugas kekaryaan fungsi sosial politik dilembaga legislatif.

Sekedar tambahan Kepolisian Republik Indonesia didirikan pada 78ca478a-52b8-4714-8be1-178977973d54 (FILEminimizer)tahun 1945, 6 hari setelah Indonesia Merdeka. Pada waktu itu Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin, Komandan Polisi di Surabaya, pada tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan kedudukan polisi sebagai Polisi Republik Indonesia menyusul dibentuknya Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 19 Agustus 1945. Pada 29 September 1945 Presiden RI melantik Kepala Kepolisian RI (Kapolri) pertama Jenderal Polisi R.S. Soekanto.

Awalnya Polisi Wanita didirikan dengan tujuan untuk membantu penanganan dan penyidikan terhadap kasus kejahatan yang melibatkan kaum wanita baik sebagai korban maupun pelaku kejahatan. Kini tugas Polwan di Indonesia terus berkembang tidak hanya menyangkut masalah kejahatan wanita, anak-anak dan remaja, narkotika dan masalah administrasi bahkan berkembang jauh hampir menyamai berbagai tugas Polisi prianya.  Kenakalan anak-anak dan remaja, kasus perkelahian antar pelajar yang terus meningkat dan kasus kejahatan wanita yang memprihatinkan. Dewasa ini adalah tantangan amat serius Korps Polisi Wanita untuk lebih berperan dan membuktikan eksistensinya di tubuh Polri.

Sementara itu, hingga saat ini tak dapat dihitung dengan jari sudah berapa banyak anggota Polwan yang tergolong berprestasi, baik regional maupun nasional  di bidang olahraga maupun lainnya. (Tribratanews jatim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *