KAPOLRES PACITAN MELAKSANAKAN ANJANGSANA DENGAN MANTAN PELUKIS UANG | Polres Pacitan

KAPOLRES PACITAN MELAKSANAKAN ANJANGSANA DENGAN MANTAN PELUKIS UANG

Pacitan – Profesi sebagai seorang engraver atau pengukir gambar sangat langka di Indonesia. Bahkan saat ini orang yang menekuni sebagai engraver tinggal sedikit. Jumlahnya tidak lebih dari 10 orang.

Salah satunya adalah Sudirno warga Desa Petungsinarang Kecamatan Bandar Pacitan, seorang engraver yang sebelumnya bekerja di Perum Peruri. Saat ini dia telah pensiun dan kembali ke kampung halamannya di Kota berjuluk 1001 Goa.

Pekerjaan seorang engraver bukanlah pekerjaan mudah karena membutuhkan ketelitian. Pekerjaan seorang pelukis mata uang kertas juga merupakan salah satu pengaman mata uang. Gambar yang dihasilkan dalam sebuah mata uang kertas harus gambar yang realis dengan garis-garis yang rumit.

“Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Pak Sudirno, karena bisa melukis uang kertas yang di keluarkan oleh Perum Percetakan Uang RI dan di gunakan oleh semua warga masyarakat, Dan saat ini pelukis uang kertas sudah jarang di temui,”ujar Kapolres Pacitan AKBP Wiwit Ari Wibisono saat melakukan anjangsana ke kediaman mantan Pelukis Uang kertas, Jum’at (13/08/2021).

Kapolres menambahkan, jika dirinya melakukan anjangsana ke rumah mantan Pelukis uang kertas tersebut sebagai bentuk apresiasi karena jarangnya orang yang bisa menjadi pelukis uang dan masuk di Perum PERURI tersebut.

“Selain itu, kita hadir ke sini dalam Rangka HUT RI ke 76, dan sebagai bentuk rasa bangga dan terimakasih kepada Pak Sudirno yang telah berbuat bagi Bangsa dan Negara ini sebagai pelukis uang kertas,”ungkapnya.

Sementara itu Pak Sudirno menceritakan pengalamannya, sebagai engraver atau pengukir gambar yang biasa dilakukan adalah untuk keperluan pembuatan gambar mata uang kertas yang dicetak oleh Perum Peruri. Untuk menyelesaikan satu lukisan untuk satu mata uang kertas dibutuhkan waktu 4-6 bulan lamanya.

“Lama proses pembuatan gambarnya, harus benar-benar sempurna dan teliti. Untuk mengecek, saya juga harus memakai kaca pembesar,”ucapnya.

Ia menceritakan ketika menggambar harus dengan hati-hati, pelan-pelan dan teliti. Tidak boleh ada garis yang salah.

“Sebab kalau salah, itu sama saja gagal dan tidak dipakai. Kemudian harus diulang dari awal lagi,”jlentrehnya.

Selama bekerja di Perum Peruri hingga pensiun, sudah ada beberapa mata uang yang merupakan karyanya.

Turut hadir mendampingi Kapolres dalam kegiatan tersebut,Kasat Intelkam Polres Pacitan Iptu Drs. Soegeng Soegiono, Kapolsek Bandar Iptu Sunaryo serta 4 orang mahasiswa STKIP PGRI Pacitan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *