Dari Seragam Polisi ke Dapur Produksi: Bhabinkamtibmas Merintis Kerupuk Ceker Ayam | Polres Pacitan

Dari Seragam Polisi ke Dapur Produksi: Bhabinkamtibmas Merintis Kerupuk Ceker Ayam

TEGALOMBO,Pacitan – Fajar baru saja menyingsing ketika Bripka Wiwi Yohana (40) mulai menyiapkan bahan-bahan sederhana di dapur rumahnya. Bukan persiapan apel pagi atau patroli, melainkan serangkaian langkah kecil yang kini menjadi bagian penting dalam hidupnya, membersihkan ceker ayam untuk diolah menjadi kerupuk.

Di sela tugasnya sebagai Bhabinkamtibmas Polsek Tegalombo, Polres Pacitan, Wiwi memilih jalan berbeda saat waktu luang tiba. Ia mengisi masa istirahat dengan usaha sampingan yang unik,  memproduksi kerupuk kulit ceker ayam. Bukan tanpa alasan, usaha ini berawal dari sebuah mimpi yang sederhana namun berkesan.“Dua malam berturut-turut saya bermimpi disuapi kerupuk ceker oleh almarhum nenek. Dari situ saya penasaran, apa benar ceker bisa dibuat kerupuk? Ternyata bisa. Tapi butuh waktu sebulan penuh mencoba, sampai habis 13 kilogram ceker,” kata Wiwi menceritakan kisahnya.

Dari eksperimen yang penuh kegagalan, akhirnya lahirlah camilan gurih nan renyah. Bersama istrinya, Yamsiyani, Wiwi mulai memproduksi kerupuk ceker dari rumahnya di Desa Bancar, Kecamatan Bungkal, Ponorogo. Ayah tiga anak itu mengakui sempat bingung mencari pasar. Namun, sambutan positif mulai berdatangan dari tetangga, teman, bahkan atasannya. Tak tanggung-tanggung, Kapolres Pacitan AKBP Ayub Diponegoro Azhar ikut memesan 100 bungkus. Pesanan lain juga datang dari Magetan dan daerah sekitarnya. Kini, omzet usahanya tembus Rp3 juta per bulan. “Kalau bulan ini bisa lebih, karena ada pesanan besar, dari pak kapolres,” ujarnya menyebut Ayub Diponegoro Azhar.

Proses pembuatan kerupuk ini harus penuh ketelatenan. Ceker dibersihkan, kuku dipotong, kulit ari dilepas, lalu direndam bumbu halus. Setelah direbus hingga lunak, daging dipisahkan dari tulang, kemudian dijemur berhari-hari di bawah terik matahari langsung. “Baru setelah kering sempurna, ceker digoreng hingga matang dan siap dikemas,” jelasnya.

Dengan harga Rp10 ribu per bungkus isi 50 gram, kerupuk ceker buatan Wiwi menjadi pilihan camilan baru di tengah masyarakat. Ia bahkan memberi bonus untuk pembelian dalam jumlah banyak, strategi sederhana namun efektif untuk menjaga pelanggan.

Meski harus membagi waktu antara tugas menjaga keamanan desa dan meracik camilan, Wiwi tak pernah mengeluh. “Saya punya tanggungan keluarga. Selama ada kemauan, usaha pasti ada jalan, yang utama bisa menggagu waktu antara tugas negara dan usaha” tegasnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *