Tidak semua berlaku demikian,hanya oknum polisi nakal yang melakukannya. Namun ada cara tersendiri kebaikan menyembul di antara keburukan. Presiden RI ke-4 , Abdurrahman Wahid atau yang akrab di sapa Gus Dur mengungkapkan hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia.
1. Kapolres Cianjur AKBP Asep Guntur Rahayu, Polisi Berhati Malaikat,Selamatkan Warga Kelaparan
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Cianjur, Asep Guntur Rahayu, menjadi buah bibir se-Indonesia sebab hatinya bak malaikat. Dia menyelamatkan satu keluarga di wilayahnya yang terancam mati kelaparan.
Ceritanya Pak Asep mendengar ada satu keluarga yang kelaparan. Saking miskinnya suami-istri dengan 7 anak yang tinggal di Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, sampai merebus batu agar mendiamkan tangisan kelaparan anak-anaknya. Mereka tinggal di sebuah gubuk reyot yang tanahnya numpang milik orang lain. Asep menilik sendiri lokasi rumah keluarga tersebut dan mendapati memang mereka amat miskin. Pak Asep terenyuh dan akhirnya membantu mereka.
Bersama dengan beberapa donatur Pak Asep merombak tempat tinggal keluarga miskin itu. Asep juga meminta warga yang lahannya ditumpangi memberikan secara cuma-cuma. Sebagai gantinya Pak Asep membuat sertifikasi hak milik untuk tanah tersebut.
Namun kebaikan Pak Asep masih ada juga yang mencela. Dibilang cari muka atau meminta empati masyarakat karena banyak oknum polisi yang ngeselin. Tapi Pak Asep ini berniat tulus ikhlas.
Buktinya kabar ini baru tercium media beberapa hari setelah rumah bagi keluarga miskin itu jadi. Luar biasa, ya Pak Asep. Semoga selalu menjadi polisi berhati mulia dan baik seperti malaikat. We love you Pak Asep!
2. Kombes Pol T. Saladin,Sang Kapolresta yang Ringan Tangan dan Suka Menolong
Luar biasa dan patut di acung jempol sikap dan perilaku perwira polisi ini walau memiliki anggota yang banyak serta telah menjadi seorang Kapolresta namun baginya tiada kata untuk berhenti membantu serta menolong sesama.
Kesederhanaan dengan latarbelakang kehidupan yang getir membuat Kombes Pol T. Saladin selalu mengulurkan tangannya untuk membantu siapa saja yang membutuhkan.
Tak peduli hujan,basah pakaian dinasnya ataupun harus mengeluarkan uang pribadinya untuk membantu,ini terlihat saat baru beberapa pekan T. Saladin menjabat Kapolresta Banda Aceh,Rumah singgah anak-anak penderita kanker dikunjungi oleh T. Saladin. Setelah lelah menggendong dan bermain-main dengan anak penderita kanker, saladin mengeluarkan sejumlah uang pribadinya untuk membantu pengobatan mereka yang berada dirumah singgah.
Perwira polisi ini suatu ketika saat perjalanan dinas tiba-tiba saladin memerintahkan supirnya untuk menghentikan laju kenderaan,tanpa dikomado sang kapolresta berpakaian dinas lansung menyebur ke sungai membantu seorang kakek tua yang tercebur ke sungai yang kemudian dibantu oleh warga.
Sifat ringan tangannya tanpa memperdulikan status serta jabatannya juga terlihat kala melakukan evakuasi seorang pria kurang waras dari atap rumah warga.
Orang nomor satu di Polresta Banda Aceh ini tidak peduli apa kata pimpinannya ataupun warga baginya pangkat dan jabatan adalah titipan Allah SWT.
Sempat suatu ketika dalam perjalanan pulang menuju kediamannya, disebabkan adanya pohon yang tumbang pasca hujan dan angin membuat kemacetan,tanpa peduli hujan sang kapolresta bersama warga memindahkan batang pohon yang jatuh ke badan jalan.
“ Pangkat dan Jabatan yangbsaya milikimsaat ini adalah titipan Allah SWT,Jika ada kemauan dan niat ,tiada seorang pun yang dapat menghalangi kita untuk saling membantu sesama “,ungkap Saladin putra asli kota Bireun.
3. Aiptu Eko Cahyono Polisi Lalu Lintas Berhati Malaikat di Parepare
Pada Idul Fitri kemarin, ada cerita seorang polisi lalu lintas dari Polisi Resor (Polres) Parepare, Sulawesi Selatan, diserbu warga yang mau bersalaman dengannya. Setelah salah Ied, masyarakat yang beribadah di Lapangan Andi Makkasau berebutan hendak mendekat dengan seorang polisi yang terkenal baik hati. Siapa dia dan apa yang dia kerjakan sehingga warga sangat mencintainya?
Namanya Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Eko Cahyono. Dia tergabung sebagai anggota satuan lalu lintas Polres Parepare.
Orangnya rendah hati, rajin ibadah, dan terpenting gak suka main tilang pengendara, apalagi nyari-nyari kesalahan pengendara. Dia melihat dulu seberapa berat pelanggaran pengendara motor. Kalau hanya kelupaan membawa surat kelengkapan, Aiptu Eko hanya menasihatinya.
Aiptu Eko sendiri tak menyangka begitu banyak warga yang berebut ingin bersalaman dengannya. Bahkan ada yang sampai menangis meminta maaf lantaran pernah berbuat hal kurang baik pada Aiptu Eko.
Bagi Aiptu Eko sendiri, rasa empati warga ini bukti jika polisi memang sahabat masyarakat. Wah, seluruh daerah di Indonesia butuh banget polisi kayak Aiptu Eko ini, ya. Semoga muncul Aiptu-aiptu Eko lainnya di semua provinsi, amin.
4. Aiptu Ruslan, Habis Dinas, Polisi Jujur Ini Lanjut Kerja Jadi Sol Sepatu
Peristiwa ini terjadi di Kepolisian Sektor Kabupaten Pidie, Wilayah Koordinasi Provinsi Aceh. Kepala Unit Bimbingan Masyarakat Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Ruslan lah orang yang jadi sorotan dan buah bibir.
Potretnya tengah bertugas di Polsek Pidie sekaligus sedang menjahit sandal dan sepatu yang robek di pasar tradisional setempat langsung bikin netizen geger, “Mencari rezeki itu yang penting halal,” ungkap aiptu ruslan.
Aiptu Ruslan yakin rejeki yang dicari dari jalan halal akan lebih berkah bagi keluarganya. Ayah dari lima anak ini sudah menekuni kedua profesi tadi sejak 1978. Luar biasa banget, ya guys. Terima kasih Aiptu Polisi Ruslan, sudah menginspirasi kami semua.
10. Aiptu Mustamin,Polisi Berprofesi Tukang Tambal Ban 20 Tahun
Selain berprofesi sebagai anggota Polsekta Ujungpandang, Ajun Inspektur Satu (Aiptu) Mustamin juga mempunyai kerja sampingan menjadi tukang tambal ban di belakang gedung Pengadilan Negeri Makassar.
Aiptu Mustamin menggeluti pekerjaan tambahannya sebagai tukang tambal ban sekitar 20 tahun. Dia pun tidak merasa malu menggeluti pekerjaan tambahannya ini karena hobi dengan pekerjaan menambal ban.
“Saya jadi polisi tahun 1979 dan mulai buka usaha tambal ban tahun 1991. Awalnya dulu saya tambal ban di Jalan Alimalaka, tapi kena penggusuran. Jadi saya pindah di belakang Pengadilan Jalan Ammanagappa tahun 2012. Saya suka kerja-kerja tambal ban,” kata ayah empat anak ini.
Pekerjaan tambahannya sebagai tukang tambal tidak mengganggu tugas Mustamin sebagai polisi yang bertugas di bagian Kesamaptaan Polsekta Ujungpandang. Jika bertugas sebagai polisi, Mustamin meminta seorang tukang becak yang kerap mangkal di belakang gedung Pengadilan Negeri Makassar untuk menjalankan usaha tambal bannya.
“Kalau lepas tugas jaga, ya saya jadi tukang tambal ban. Tapi kalau pas tugas jaga, ada tukang becak yang gantikan. Apalagi ada janji sama anak perempuanku yang buka warung kecil di depan usaha tambal ban yang bantu awasi. Sisa satu tahun lagi, saya pensiun dari polisi,” tuturnya.
11. Polwan Bripda Eka Juli,Polwan Si Tukang Tambal Ban Ingin Naikkan Haji Orang Tua
Eka Yuli Andini,polwan berpangkat bripda yang menjadi tukang tambal ban ternyata sempat dilarang saat akan mendaftar polisi. Adalah sang ibu yang terang-terangan tak membolehkannya menjadi aparat penegak hukum.
Sang ibu, Darwanti (40), mengaku tak mengizinkan anaknya menjadi polisi karena tak punya biaya. Sebab, keluarga Eka bukanlah dari kalangan ekonomi berada,Rabu (25/2/2015).
Saat itu, Eka terus saja meyakinkan sang ibu. Dirinya menyebut, bahwa pendaftaran polisi tak berbayar.
Gadis lulusan SMK Negeri 2 Salatiga jurusan Teknik Komputer dan Jaringan ini, dengan mulus lolos tanpa uang sogokan menempuh pendidikan kepolisian Pusdik Binmas, Banyu Biru, Ambarawa, Jawa Tengah.
Selain itu, selama menempuh masa pendidikan sebagai Sekolah Calon Bintara (Secaba), berhasil mengukir prestasi rangking tujuh dari 7.000 peserta lainnya saat pendidikan kepolisian se-Indonesia.
Meski, sudah dua bulan menjadi polwan, Bripda Eka, panggilan sehari-harinya tidak pernah lupa disela-sela kesibukannya sebagai abdi negara tetap membantu profesi ayahnya sebagai buruh tukang tambal ban di Jalan Veteran, Pasar Sapi RT 2 RW 6, Kota Salatiga, Jawa Tengah dan bengkel.
Di rumah kontrakan sekaligus bengkel yang hanya berukuran 6 X 6 meter ini Bripda Eka jika lepas piket di Mapolresta Salatiga, Bripda Eka membantu kesibukan orang tuanya melayani langganan tambal ban ayahnya.
Kesibukannya ini dilakukannya sejak duduk di bangku sekolah mulai SMP hingga SMK.”Nanti mulai sedikit demi sedikit membantu perekonomian keluarga. Mungkin membangun rumah, karena yang sekarang ditempati adalah kontrakan. Kalau cita-citanya sih menghajikan ayah dan ibu,” akunya.
12. Bripka Muryono, Anggota Satlantas Polres Tegal yang Jadi Tukang Servis Untuk Bayar Kontrakan, Rawat Istri yang Stroke, Putri yang Depresi dan Cucu
Brigadir Kepala Muryono. Anggota Satuan Lalulintas Kepolisian Resor Tegal, Jawa Tengah ini sudah berusia 57 tahun.
Beratnya cobaan hidup tidak membuat Bripka Muryono tergiur untuk melakukan pungli. Sebagai anggota Satlantas Polres Tegal, Muryono justru memperlihatkan kejujuran dalam hidupnya.
Separuh hidupnya, telah diabdikan untuk Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Kini, Bripka Muryono hidup dengan sangat sederhana. Dia tinggal di rumah kontrakan di Jalan Aiptu KS Tubun, Slawi, Tegal,Istrinya, Sulistyowati (55) menderita stroke. Seorang diri, Bripka Muryono mengurusnya, setiap hari.
Cucunya, masih sekolah di SD. Juga harus diurus oleh Bripka Muryono karena putrinya, ibu dari sang cucu, tak bisa merawat anaknya. Sang ibu mengalami depresi.
Sejak 2013 istrinya mengalami sakit stroke. Bripka Muryono tidak pernah mengeluh dan tetap menyayangi istri, putri dan cucunya dengan sepenuh hati. Muryono membuka bengkel servis peralatan elektronik di depan rumahnya. Keahliannya dalam menyervis peralatan elektronik itu ia dapatkan secara otodidak.
Sepulang bekerja, Muryono juga menyempatkan diri pergi ke sawah untuk bercocok tanam. Hasilnya dari berladang ia tabung untuk keperluan keluarga dan sekolah cucunya. Kegigihan Bripka Muryono dalam bekerja sebagai polisi dan menjalani kehidupannya sehari-hari, menginspirasi Polres Tegal untuk membangun Perumahan Bhayangkara Residence.
Bripka Muryono, merupakan salah satu anggota polisi yang mendapatkan jatah unit di Perumahan Bhayangkara Residence Tegal. Bahkan Bupati Tegal pun turut membantu membayarkan uang muka untuk pembelian rumah bagi Muryono.(Dari berbagai sumber)